Bangunlah Nasionalisme, Bukan Primordialisme

Rabu, 14 November 2012


Christison Sondang Pane. (Foto: dok. pribadi)
Christison Sondang Pane. (Foto: dok. pribadi)
BANGSA yang besar adalah bangsa yang tahu mengahargai pahlawannya, demikian kita baca dan kita dengar semboyan dalam memperingati Hari  Pahlawan 10 November. Kita kembali mengenangkan dan menghargai pahlawan-pahlawan bangsa kita, karena memang kita ingin dan telah menjadi suatu bangsa yang besar. Maka dalam kenangan dan penghargaan itu terlintaslah kembali tokoh-tokoh pahlawan sejarah nasional kita yang sudah banyak berjasa untuk Tanah Air.
Terdapat dua aspek yang berkaitan erat dengan kepahlawanan, yaitu keberanian dan sikap sosial. Aspek yang pertama, keberanian, masih dapat dibedakan menjadi dua, keberanian fisik dan keberanian moral. Jadi, secara sederhana, definisi kepahlawanan adalah keberanian yang bersifat fisik atau moral dalam memperjuangkan kepentingan umum. Di sini kepentingan umum merupakan syarat pokok. Sebab, kalau berani tapi demi kepentingan pribadi, maka yang demikian itu bukanlah sikap kepahlawanan. Jadi, jelas sikap kepahlawan ini masih dibutuhkan oleh negara dan bangsa kita. Hanya saja bentuk dan sifatnya tidak monoton melainkan bisa berbeda sesuai dengan situasi yang berkembang. Sikap kemerdekaan di masa revolusi kemerdekaan, ditandai dengan mengangkat senjata, dengan bekal keberanian fisik. Sekarang ini sikap kepahlawanan menuntut bentuk lain yaitu mengisi kemerdekaan dengan keberanian moral yakni keberanian untuk menegakkan apa yang dianggap benar, adil bagi kepentingan umum. Bukannya benar dan adil bagi kepentingan sendiri.
 
Salah satu ciri sikap kepahlawanan yang masih tetap relevan adalah kesediaan seseorang untuk berkorban demi kepentingan masyarakatnya. Sikap ini mengandaikan sikap pioner atau kepeloporan. Mereka yang mempunyai sikap kepahlawan tadi, tanpa ragu-ragu berjuang menaklukkan hutan belantara yang buas demi mencari daerah pemukiman baru yang diharapkan memberi kehidupan yang lebih baik bagi bangsanya. Dengan demikian, jelas bahwa sikap kepahlawanan mengharuskan adanya kesediaan seseorang untuk berkorban, mengambil risiko, tapi juga kreativitas demi kebahagiaan masyarakat umum. Oleh karenanya, tidak mengherankan, sering kali yang menikmati hasil jerih payah pahlawan sering bukan dirinya, tetapi orang lain ataupun generasi berikutnya.

Tanggung jawab pemuda
 
Bila kita melihat perkembangan objektif bangsa kita, mau tidak mau sikap kepahlawanan pada diri kita harus semakin dikembangkan, jangan malah sebaliknya. Sebagai generasi yang dibesarkan bukan dalam masa revolusi, kita harus bisa mengahayati dan menghargai pengorbanan para pahlawan yang telah mengantarkan kemerdekaan bangsa kita. Sementara itu, dalam diri kita mesti ditumbuhkan semangat rela berkorban. Kalau tidak, Indonesia sebagai negara kesatuan dengan ikrarnya yang besejarah pada 1928, berbangsa satu, bertanah air satu dan berbahasa satu, bukannya semakin kokoh, mendekati cita-cita idealnya justru akan semakin surut.

Sekalipun kita sudah berikrar sebagai bangsa yang satu, bangsa Indonesia, tapi dalam kenyataannya perasaan sebagai putera daerah atau suku masih kuat berakar. Ikatan primordialisme atau sukuisme masih kuat. Padahal yang diperjuangkan oleh para pahlawan adalah terwujudnya bangsa Indonesia yang bersifat nasional, kohesif atau kokoh dan modern. Maka diperlukan membangun semangat nasionalisme. Berkenaan dengan nasionalisme ini, Majalah Panji Masyarakat No.341 tahun 1981 merilis tiga aspek dasar yang pokok yakni tujuan, bentuk dan asasnya. Pertama, paham nasionalisme bertujuan membentuk manusia Indonesia berpikir, merasa, bersikap, bertindak selaku bangsa Indonesia. Sedangkan bentuknya adalah kegiatan nyata yang menunjang tercapainya tujuan dalam berbangsa dan bernegara. Serta ketiga, asa, yaitu perlakuan secara manusiawi yang menumbuhkan kesetiakawanan antarmanusia yang menimbulkan rasa senasib sepenanggungan selaku bangsa keseluruhan.

Marilah kita pelihara sejarah dan semangat itu sebagai bukti nyata apa yang selalu kita jadikan semboyan, “Bangsa yang besar adalah yang tahu menghargai pahlawannya”.

Christison Sondang Pane
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan
Aktif di Buletin AKAR
(//rfa)

http://kampus.okezone.com/read/2012/11/12/367/717214/bangunlah-nasionalisme-bukan-primordialisme

0 komentar:

Posting Komentar

 
Pramuka SMA Negeri 1 Purbalingga © 2012 | Designed by Bubble Shooter, in collaboration with Reseller Hosting , Forum Jual Beli and Business Solutions